01709 2200253 4500001002100000005001500021035002000036007000300056008004100059040001200100100001700112245007200129250001100201300002600212020002200238082001100260084001700271260003400288504003600322520104700358650002001405700001801425850001201443INLIS00000000069560420230727105048 a0010-0723000088ta230727 g 0 ind  aJIPUBAY0 aDwi Suwiknyo1 aBersyukur masih insecure /cDwi Suwiknyo; penyunting, Hirman Jayadi aCet. 1 axii, 182 hlm ;c20 cm a978-979-017-469-6 a297.56 a297.56 DWI b aJakarta :bQultumMedia,c2022 aBibliografi : halaman 178 - 179 aSebagian orang mungkin pernah berpikir bahwa hidupnya tidak beruntung. Selalu minder bertemu orang lain. Bahkan sering kali kalimat. "Enak ya jadi dia keluar dari bibirnya Hari-harinya selalu diselimuti kekhawatiran dan Pikirannya selalu insecure dan menyalahkan keadaan. Pikiran-pikiran seperti itu tidak jarang lahir dari sikap kita yang lalai dalam bersyukur. Hanya melihat kebahagiaan orang lain, sering kali menutup mata kita untuk melihat kebahagiaan diri sendiri Membandingkan nikmat yang diberikan Allah kepada orang lain tidak jarang menutup mata batin kita untuk melihat dan mensyukuri nikmat yang telah Allah limpahkan kepada kita. Tonggak kebahagiaan hidup adalah menerima semua yang diberikan Allah kepada kita. Ikhlas menjalani hidup apa adanya. Saat kita masih merasa insecure, justru saat itulah rasa syukur perlu kita hadirkan. Sebab, itu pertanda bahwa Allah masih sayang kepada kita, itu berarti bahwa Allah masih mau memperhatikan kita. Karenanya, jadikanlah insecure sebagai salah satu alasan kita memperluas rasa syukur. 4aInspirasi islam0 aHirman Jayadi aJIPUBAY